Jumat, 08 Agustus 2008


Hari ini capek…banget. Tapi ada perasaan plong. Aku merasa ini menjadi ujian dari Allah untukku sebelum memiliki anak sendiri.
Hari ini wegi berulah lagi, sejak pagi ia memang sudah tidak mood sepertinya. Pagi tidak mau bergabung dengan teman – teman di aula untuk membaca Iqra. Tapi ada hal lucu yang membuatku tidak jadi marah.
Begitu selesai jam iqro aku naik ke kelas untuk mempersiapkan opening dan doa di kelas. Di kelas sudah ada wegi dan wajah bulatnya yang lucu sedang menggambar di mejanya. Begitu aku masuk ke kelas, wajahnya langsung merajuk menghampiriku. Lalu memeluk aku dan berkata : ‘Ms pasti marah deh sama aku.......’katanya. Aku terdiam lalu membelai rambutnya, ‘kenapa miss Wiwi harus marah sama wegi?’ tanyaku. Sekejap aku lihat senyum ‘takut-takut’ wegi. ‘aku ngga ikut iqro....hehehe....’katanya lagi sambil terus memeluk aku. Aduuuuh sepagi ini sudah buat ulah deh...tapi begitu wajahku agak menekuk, wegi melanjutkannya. ‘tapi aku mau mengganti kesalahanku miss.....’katanya lagi. Aku menarik nafas, ‘kenapa kamu tidak iqro wegi..?’tanyaku lagi. ‘tadinya aku mau ambil buku jurnalku...tapi terus aku malas turun lagi..., ya udah aku gambar aja di kelas..hehehe...’ wajah jenakanya membuat hatiku luluh lantak...menggemaskan. kelas kami memang ada di lantai dua, paling pojok, jika ada yang ketinggalan, lumayan jauh juga sih bolak – balik ke aula.
Wegi memelukku makin kencang ‘tapi miss, hari ini aku membawa uang sebelas ribu untuk jajan, aku infaqkan semuanya deh....untuk infaq jumat, aku ngga apa –apa ngga jajan juga...’ suaranya merajuk dalam.
Ya Allah...aku langsung meleleh melihat wajah nya yang bulat.
‘baiklah... miss hari ini tidak akan marah, tapi hanya hari ini ya...? besok – besok tidak ada ampun..’kataku sambil mencubit pipi chubby nya. Aku mengambil uang wegi dan memasukkannya ke kotak amal. Setiap hari jumat, sekolah kami memang rutin membuka infaq shodaqoh, yang nantinya akan dikirim ke panti asuhan sekitar sekolah.
Masuk jam pelajaran Sosial, wegi mogok lagi. Tidak mau menulis catatan di papan whiteboard, Ms. Sari, guru social, membujuknya dengan kata – kata lembut. Dari mejaku di pojok ruangan, aku mengamati, sesekali wegi mencuri pandang kearahku, dengan sikap takut – takut. Aku mendekat dan berusaha membujuk, tapi ia tidak bergeming, alasannya : ‘aku sudah mengerti materi ini ms...ngga usah aku tulis aku udah bisa...’ katanya setengah menantang. Jauh dilubuk hatiku, aku berfikir, mungkin wegi benar, materi itu sudah ia kuasai, jadi, jika aku jadi wegi, aku pun malas untuk menulisnya. Aku mengalah lagi. ‘oke, sekarang tidak menulis, tapi nanti pulang sekolah harus tetap di tulis ya, wegi tidak boleh langsung pulang, tetap di kelas !’kataku dengan suara tegas. Wegi diam saja, mendengar ucapanku yang didengarnya mungkin agak seram.
Wegi termasuk siswa cerdas di kelas, pemikirannya selalu logis dan masuk akal, meski dengan kecerdasannya, seringkali ia buat untuk menyusun alibi. Tapi apa daya apa yang ia katakan memang benar.
Pelajaran math, lancar. Wegi mau mengerjakan , aku sendiri yang mengajarkan math di kelas 3A, sekuat tenaga aku menahan diri, agar tidak marah melihat wegi yang terus merajuk minta soal yang dikerjakan dikurangi, dari lima soal garis bilangan, ia hanya mau mengerjakan 2 saja, katanya, terlalu gampang dan sayang kertas. Aduuuuh.....gemas sekali.
Saat launch tiba...dan kerusuhan itu berlangsung.
Saat makan siang, aku baru saja mengantarkan irfan ghinafsi, ke gazebo, Irfan yang berbadan mungil, sedang malas, kata mamanya, tem

2 komentar:

Unknown mengatakan...

good, its nice live. just enjoy it. someday you will know that Allah is giving you the amazing present.

Dewi Kumbarawati mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.