Senin, 22 September 2008

Ayah...

Ini cerita yang Miss Wiwi tulis sewaktu Papa Ms. Wiwi meninggal , mau baca? kasih komentar ya kalo bagus...
Ayah (DewiKumbarawatiMartoyo)
Dua hari lagi pesta kenaikan kelas di sekolah. Undangan untuk orangtua yang diberikan Pak Husen, Kepala Sekolahku, masih ada didalam tas. Masih utuh belum dibuka. Padahal waktunya tinggal dua hari lagi. Aku tidak berniat memberikannya pada Ibu dan Ayah. Karena aku tahu itu pasti hanya akan merepotkan mereka.
Seperti biasanya, nanti pada saat acara kenaikan kelas, semua siswa berprestasi akan naik panggung. Hanya, tahun ini agak berbeda, karena sekolah kami mendapatkan penghargaan yang sangat membanggakan, begitu menurut Bu Dewi, Wali Kelasku.
Salah seorang siswa SD kami menjuarai Olimpiade Matematika tingkat Nasional. karenanya perayaan kenaikan kelas tahun ini akan dihadiri oleh Bapak Bupati.
Dan aku semakin kuatir dibuatnya. Bagaimana tidak karena siswa berprestasi itu adalah aku.
Kata Bu Dewi, kedua orangtuaku harus hadir, karena mereka akan ikut naik ke panggung untuk diperkenalkan dengan bapak Bupati.
****************************
Matahari senja mulai tergelincir di ufuk barat. Diatas sana kulihat burung –burung terbang beriringan membentuk untaian yang indah. Aku masih termenung di atas bukit Hanjuang, bukit kecil tempat aku bermain, letaknya lumayan agak jauh dari rumahku.
Biasanya aku dan teman-teman bermain disini setelah pulang sekolah, ada yang bermain layangan, bermain bola atau menggembalakan kambing dan kerbaunya.
***************************
Dua tahun yang lalu, kami sekeluarga tinggal di Jakarta. Ayahku seorang petugas pemadam kebakaran. Sekolahku di Jakarta termasuk SD favorit. Persaingan disana sangat ketat. Oleh karena itu seminggu dua kali aku mengikuti les privat dirumah. Ayah sengaja memanggil guru les ke rumah. Kata ayah, aku harus jadi anak yang pintar, agar bisa berguna bagi nusa dan bangsa.
Tapi itu sebelum Ayah sakit, penyakit darah tinggi yang diderita ayah, suatu hari membuatnya tidak bisa berjalan lagi, bahkan nyaris tidak bisa berbicara. Aku sendiri tidak tahu mengapa bisa begitu. Menurut ibu, Ayah kecapean, nanti juga sembuh. Tapi nanti dan nanti sampai tiga tahun berlalu, Ayah tidak juga sembuh. Akhirnya Ibu memutuskan untuk pindah kekampung halaman Nenek di Sukabumi.
Sekarang Ayah memakai Kursi roda. Pernah aku merasa bahwa ini semua pasti mimpi buruk. Tapi ternyata ini benar-benar kenyataan. Sekarang Ayah tidak pernah bercanda seperti dulu, tidak bisa mengajak aku berjalan-jalan seperti dulu. Dan aku juga kasihan pada Ibu yang harus bekerja keras mencari uang untuk biaya sekolahku dan membeli obat Ayah.
Setiap hari aku selalu berdoa untuk kesembuhan Ayah. Tapi Ayah tidak juga sembuh. Suatu malam aku bertanya pada bintang-bintang, apakah Tuhan tertidur, sehingga melupakan kami? Tapi bintang-bintang hanya berkedip-kedip tidak pernah menjawab.
*****************************************
Samar-samar dari surau dibawah sana terdengar adzan magrib. Aku belum ingin pulang. Tapi, sendirian di bukit hanjuang juga membuatku takut, karena sebentar lagi pasti gelap. Lalu, aku putuskan saja untuk pulang.
Malam mulai memeluk desa kami, ketika aku turun dari bukit hanjuang dengan masih memakai seragam sekolah lengkap. Aku memutuskan untuk memberikan surat undangan ini kepada Ibu, meskipun aku tahu Ibu pasti tidak akan bisa datang karena harus berjualan kue keliling kampung. Dan Ayah..... dengan kondisi begitu tidak akan mungkin bisa datang. Tapi setidaknya mereka akan merasa sangat bangga kepadaku, mendengar kemenanganku meskipun tidak bisa datang ke sekolah.
****************************************
Di depan rumah kulihat Ibu dan nenek.
‘Dimas....!!’ ibu setengah menjerit begitu melihatku. Sedangkan nenek langsung menjewer kupingku tanpa banyak bicara.
‘aduuuuh..’ aku hanya meringis sakit.
‘kamu darimana saja seharian? Kamu tahu ini jam berapa?’
‘ibu...aku..aku tadi main ke bukit hanjuang....’
‘kamu ini ...ibu selalu bilang pulang sekolah harus langsung pulang kerumah, baru main...kami sudah sangat ketakutan.....’
‘ah Ibu, dikampung begini apa sih yang ibu takutkan....ngga bakal ada penculik...’jawabku sekenanya.
‘heh...masih kecil sudah berani jawab...ayo sana mandi....nanti setelah makan kita bicara lagi...’ujar nenek dengan nada tinggi.
Aku langsung berlalu masuk kedalam rumah. Didepan tv kulihat ayah diatas kursi rodanya memandangku seperti hendak mengucapkan sesuatu dengan mata berkaca-kaca. Ah aku langsung saja masuk kekamar tanpa mempedulikannya.
Malam ini sehabis makan malam aku dimarahi oleh nenek dan Ibu.
****************************
Tengah malam aku terbangun dari tidur karena mendengar suara gaduh , tiba-tiba aku teringat surat undangan dari sekolah yang belum aku sampaikan kepada Ayah dan Ibu. Tadi sehabis dimarahi aku lupa memberikannya. Aku pikir besok saja memberikannya pada Ibu.
Ketika aku akan melanjutkan tidur, suara gaduh diluar berubah menjadi tangisan. Aku langsung bangkit. Apakah ada pencuri masuk? Aku bergidik. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh Ibu.
‘Dimas...bangun .....bangun nak....’ suara Ibu lirih. Aku langsung terlonjak, membuka pintu. Ternyata diruang tengah telah berkumpul banyak orang. Seseorang terbujur kaku disana. Aku terhenyak.
Ayah......
Semua orang memelukku.
‘sabar nak.....Innalillahi Wainnalillahirajiuun.......Ayah telah kembali kepada Tuhan...’
Suara nenek seperti petir menggelegar.
Bayangan ayah beberapa jam yang lalu di depan tv, memandangku dengan mata berkaca-kaca, menari-nari. Saat itu Ayah pasti sangat kuatir, karena aku terlambat pulang kerumah. Dan aku malah berlalu begitu saja tanpa mempedulikannnya. Apakah karena itu Ayah pergi.......?
Ya Tuhan.....maafkan aku....maafkan Dimas Ayah.........................
Tangisku meledak. (karya ini kupersembahkan untuk almarhum papa tersayang)

LIbur Tlah Tiba.......


Alhamdulillah libur tlah tiba......saatnya mudik...saatnya mudik ....oya buat anak - anakku tersayang....Firdha, Tasya, Dela, Manda, Fitri...Raras , Rio, Bob...dan semuaaaanya....met mudik ya...hati - hati di jalan.....nanti kalo udah masuk....jangan lupa oleh -oleh...hehehe

SANLAT AL HANIEF


Aduuuh capek nih....habis sanlat, di sekolah. tapi ngga kerasa juga ya cuma sehari....anak- anak meski capek maunya dua hari...

oya, malam pas nginep, ngga bisa tidur....mata maunya melotot aja semalam suntuk....begitu selesai lega, puas and nikmat...betapa Ramadhan selalu memberikan keberkahan dan rizky berlimpah yang Allah tumpahkan dari langit....untuk all teachers di Al Hanief.....bersyukur kepada Allah.....

setiap tahun...semakin lama...semakin tua semakin..bermuhasabah....semoga bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan ya......kita semua....Amieen...